فَصْلٌ فِي الْوُضُوْءِ
وَالصَّلاَةِ
a. Pengaruh Wudhu terhadap Jiwa
قَالَ
النَّبِيَّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: يَاعَلِيُّ، اِسْتَقْصِ اِسْبَاغَ
الْوُضُوْءَ فَاِنَّهُ شَطْرُ اْلاِيْمَانِ، فَاِذَا تَوَضَّأْتَ فَلاَ تُسْرِفْ
فِي الْمَاءِ، فَاِذَا فَرَغْتَ مِنْ طُهْرٍ فَاقْرَأْ اِنَّآاَنْزَلْنَاهُ فِيْ
لَيْلَةِ الْقَدْرِ مِنْ بَعْدِ غَسْلِ الْقَدَمَيْنِ عَشَرَ مَرَّاتٍ يُفَرِّجِ
اللهُ هَمَّكَ
“Nabi
Saw bersabda, “Hai Ali, tetaplah berusaha menyempurnakan wudhu karena sesungguhnya
wudhu itu separuh dari iman. Apabila
engkau berwudhu janganlah berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Jika engkau
telah selesai dari bersuci maka bacalah: Innaa anzalnaahu fii lailatil qadri (QS. al-Qadr),
sebanyak sepuluh kali begitu usai membasuh kedua kaki, yang dengannya Allah
akan menghilangkan kesusahanmu.”
b. Wudhu Sarana Penghapus
Dosa
يَاعَلِيُّ،
اِذَا فَرَغْتَ مِنَ الطَّهَارَةِ فَخُذْ مَاءً وَامْسَحْ بِيَدَيْكَ رَقَبَتَكَ
وَقُلْ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لآاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ
وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ. ثُمَّ انْظُرْ
اِلَى اْلاَرْضِ وَقُلْ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ. فَاِنَّ
مَنْ قَالَ هَذَا غَفَرَ اللهُ لَهُ كُلَّ صَغِيْرَةٍ وَكَبِيْرَةٍ
“Hai
Ali, apabila engkau telah selesai dari bersuci (berwudhu), ambillah air dengan
kedua tanganmu lalu usapkan ke lehermu seraya membaca: “Subhaanakallaahumma wa
bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta wahdaka laa syariika laka
astaghfiruka wa atuubu ilaik”. Kemudian
arahkan pandanganmu ke bumi dan ucapkan: “Asyhadu anna muhammadan ‘abduka wa
rasuuluk”. Sesungguhnya siapa saja yang membaca kalimat-kalimat tersebut, maka
Allah akan mengampuni dosa-dosanya, baik yang kecil maupun yang besar.”
c. Doa Malaikat untuk Orang
yang Selalu dalam Keadaan Suci
يَاعَلِيُّ،
اِنَّ الْمَلآئِكَةَ يَسْتَغْفِرُوْنَ لِلْاِنْسَانِ مَادَامَ عَلَى طَهَارَةٍ
وَلَمْ يُحْدِثْ
“Hai Ali, sesungguhnya malaikat
akan senantiasa memohonkan ampun (kepada Allah) untuk seseorang, selama ia
berada dalam keadaan suci, tidak berhadas.”
d. Keutamaan Mandi di Hari
Jumat
يَاعَلِيُّ،
مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غَفَرَاللهُ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَةِ اِلَى
الْجُمُعَةِ، وَجَعَلَ ذَلِكَ ثَوَابًا فِيْ قَبْرِهِ وَثَقُلَ عَلَى مِيْزَانِهِ
“Hai
Ali, barangsiapa yang mandi pada hari Jumat, maka Allah akan mengampuninya
antara Jumat itu hingga Jumat berikutnya, dan (Allah) menjadikan hal itu
sebagai pahala di alam kuburnya dan memperberat timbangannya.”
e. Rahasia Perintah Bersiwak
يَاعَلِيُّ،
عَلَيْكَ بِالسِّوَاكِ، فَفِيْهِ اَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ فَضِيْلَةً فِي
الدِّيْنِ وَالْبَدَنِ
“Hai
Ali, tetapkanlah untuk dirimu bersiwak, karena di dalamnya terdapat dua puluh
empat keutamaan bagi agama maupun badan.”
f. Keutamaan Shalat Pada
Waktunya
يَاعَلِيُّ،
عَلَيْكَ بِالصَّلاَةِ فِيْ اَوْقَاتِهَا، فَاِنَّهَا رَأْسُ كُلِّ فَضِيْلَةٍ
وَسَنَامُ كُلِّ عِبَادَةٍ
“Hai
Ali, tetapkanlah untukmu shalat (tepat) pada waktunya, karena sesungguhnya ia
(shalat tepat waktu) merupakan induk segala keutamaan dan hal yang menonjol
pada setiap ibadah.”
g. Amalan yang Membuat Jibril
Ingin Jadi Manusia
يَاعَلِيُّ،
تمَنَىَّ جِبْرِيْلُ اَنْ يَكُوْنَ مِنْ بَنِيْ اَدَمَ لِسَبْعِ خِصَالٍ:
الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ مَعَ اْلاِمَامِ، وَمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ، وَعِيَادَةِ
الْمَرِيْضِ، وَتَشْيِيْعِ الْجَنَازَةِ، وَسَقْيِ الْمَاءِ، وَالصُّلْحِ بَيْنَ
اْلاِثْنَيْنِ، وَاِكْرَامِ الْجَارِ وَالْيَتِيْمِ. فَاَحْرِصْ عَلَى ذَلِكَ
“Hai
Ali, malaikat Jibril berangan-angan ingin menjadi manusia karena tujuh hal:
(yaitu) shalat lima waktu bersama imam, berkumpul dengan para ulama, menjenguk
orang sakit, mengantar jenazah, memberi minum orang yang haus, mendamaikan dua
orang (yang berselisih), dan memuliakan tetangga dan anak yatim. Untuk itu peliharalah
amal-amal tersebut.”
h. Manfaat Melaksanakan
Shalat Malam (Tahajjud)
يَاعَلِيُّ،
صَلِّ بِاللَّيْلِ وَلَوْكَحَلْبِ شَاةٍ فَالْمُصَلِّي بِاللَّيْلِ اَحْسَنُ
وَجْهًا
“Hai Ali, shalatlah di malam
hari (tahajjud), meskipun hanya sekedar waktu yang dibutuhkan untuk memerah
susu. Karena orang yang mengerjakan shalat malam (tahajjud) itu paling bagus
wajahnya.”
i. Cara Takbir dan Rukuk
يَاعَلِيُّ،
اِذَا كَبَّرْتَ لِلصَّلاَةِ فَفَرِّجْ اَصَابِعَكَ وَارْفَعْ يَدَيْكَ حَذْوَ
مَنْكِبَيْكَ. وَاِذَا كَبَّرْتَ فَضَعْ يَمِيْنَكَ عَلَى شِمَالِكَ تَحْتَ
سُرَّتِكَ. وَاِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ يَدَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَفَرِّجْ بَيْنَ
اَصَابِعِكَ
“Hai
Ali, ketika kamu takbir dalam shalat, maka renggangkanlah jari-jarimu dan
angkatlah kedua tanganmu setinggi kedua pundakmu. Dan apabila kamu telah
takbir, maka letakkanlah tangan kananmu di atas tangan kiri di bawah pusar.
Apabila engkau rukuk, maka letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu,
dan renggangkanlah jari-jarimu.”
j. Waktu Yang Baik Untuk
Shalat Subuh dan Maghrib
يَا
عَلِيُّ، اَسْفِرْ بِالصُّبْحِ وَصَلِّ الْمَغْرِبَ بَعْدَ غِيَابِ الشَّمْسِ
بِقَدْرِ حَلْبِ شَاةٍ فَاِنَّ ذَلِكَ مِنْ خِصَالِ اْلاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ
الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
“Hai
Ali, kerjakanlah shalat Subuh sedikit agak siang dan kerjakanlah shalat Maghrib
sesudah matahari terbenam lewat sepanjang (waktu yang dibutuhkan) memerah susu.
Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk perbuatan para Nabi ‘Alaihimus Shalaatu Wassalam.”
k. Keutamaan Menunaikan
Shalat Berjamaah
يَا
عَلِيُّ، عَلَيْكَ بِصَلاَةِ الْجَمَاعَةِ، فَاِنَّهَا عِنْدَ اللهِ كَمَشْيِكَ
اِلَى الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ، وَمَا يَحْرُصُ عَلَى صَلاَةِ الْجَمَاعَةِ اِلاَّ
رَجُلٌ مُؤْمِنٌ قَدْ اَحَبَّهُ اللهُ، وَمَا يَزْهَدُ فِيْهَا اِلاَّ مُنَافِقٌ
قَدْ اَبْغَضَهُ اللهُ
“Hai
Ali, tetapkanlah (wajibkanlah) atasmu shalat berjamaah, karena sesungguhnya
(pergi untuk menunaikan) shalat berjamaah itu di sisi Allah seperti pergi
(untuk) menunaikan haji dan umrah. Dan tidaklah (seseorang) yang senang menunaikan shalat
berjamaah itu melainkan orang yang benar-benar Mukmin yang dicintai Allah, dan
tidaklah (seseorang yang tidak suka) menunaikan shalat berjamaah melainkan
orang yang munafik yang dibenci Allah.”
l. Hamba Yang Paling Dicintai
Allah
يَا
عَلِيُّ، اَحَبُّ الْعِبَادِ اِلَى اللهِ تَعَالَى عَبْدٌ سَاجِدٌ يَقُوْلُ فِيْ
سُجُوْدِهِ : رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ فَاِنَّهُ
لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
“Hai
Ali, hamba yang paling dicintai Allah adalah seseorang yang bersujud dan
membaca (doa) di dalam sujudnya: Rabbi innii zhalamtu nafsii faghfirlii dzanbii
fa-innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta (Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah dosa-dosaku, karena tidak ada
yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau).”
m. Keutamaan Shalat Dhuha
يَاعَلِيُّ،
عَلَيْكَ بِصَلاَةِ الضُّحَى فِي السَّفَرِ وَالْحَضَرِ، فَاِنَّهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ يُنَادِىْ مُنَادٍ مِنْ فَوْقِ شَرَفِ الْجَنَّةِ: اَيْنَ الَّذِيْنَ
كَانُوْا يُصَلُّوْنَ الضُّحَى اُدْخُلُوْا مِنْ بَابِ الضُّحَى بِسَلاَمٍ
اَمِنِيْنَ، وَمَا بَعَثَ اللهُ مِنْ نَبِيٍّ اِلاَّ وَاَمَرَهُ بِصَلاَةِ
الضُّحَى
“Hai
Ali, kerjakanlah shalat dhuha, baik saat berada dalam perjalanan (safar) maupun
tidak (mukim di rumah), karena pada hari kiamat nanti aka nada seruan yang
datangnya dari atas surga, “Di manakah orang-orang yang selalu mengerjakan
shalat dhuha? Masuklah
kalian ke dalam surga melewati Pintu Dhuha dengan selamat dan aman.” Dan Allah
tidak mengutus seorang nabi kecuali kepadanya diperintahkan mengerjakan shalat
dhuha.”
n. Tiga Ukuran Kemuliaan
Hidup
يَاعَلِيُّ،
مِنْ كَرَامَةِ الْمُؤْمِنِ زَوْجَةٌ مُوَافِقَةٌ وَالصَّلاَةُ جَمَاعَةً
وَجِيْرَانٌ يُحِبُّوْنَهُ
“Hai Ali, di antara (tanda)
kemuliaan seorang mukmin adalah istri yang ideal, shalat berjamaah, dan
tetangga yang mencintainya.”
0 komentar:
Posting Komentar