Minggu, 20 Mei 2018

Rekomendasi


Diriwayatkan bahwa seseorang pernah datang kepada Sayidina Umar bin Khaththab ra dan berkata kepadanya tentang seseorang, “Sesungguhnya fulan adalah orang yang jujur.”
Lalu, Sayidina Umar ra bertanya padanya, “Apakah engkau pernah berpergian jauh dengannya?”
Orang tersebut menjawab, “Tidak.”
Sayidina Umar bertanya lagi, “Apakah engkau pernah mengadakan transaksi dengannya?”
Orang tersebut menjawab, “Tidak.”
Saidina Umar bertanya kembali, “Apakah engkau pernah memberinya amanah?”
Orang tersebut menjawab, “Tidak.”
Sayidina Umar ra pun berkata, “Wahai orang yang tidak mengenal orang, aku beritahu kamu, jadi hanya karena engkau melihatnya rukuk dan sujud di masjid, (lalu engkau menganggapnya orang yang jujur?!!)”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Al-Asrar Al-Marfu’ah, halaman 227

Ini sebenarnya nasihat yang terang dari Umar bin Khaththab ra kepada kita agar tidak mudah merekomendasikan seseorang kepada orang lain sebagai sosok yang jujur dan baik, sebelum kita benar-benar mengenalnya dengan baik. Mata yang kita pergunakan untuk memandang ini sering kali tidak mampu melihat hakikat yang tersembunyi di balik yang terlihat. Ia hanya mampu melihat tampilan luar, namun tidak terhadap bagian dalam. 

Tampilan fisik yang baik, ucapan yang terdengar manis dan sopan, rukuk-sujud yang tampak khusyuk, kalau kita baru melihatnya sekali, dua kali, belumlah bisa dijadikan sebagai patokan bahwa seseorang itu baik dan jujur. Betapa banyak orang yang menyimpan niat buruk dan sifat-sifat busuk dalam balutan fisik yang memikat. 

Nasihat ini tidaklah mengajarkan kita untuk berprasangka buruk kepada orang lain, namun mengajak kita untuk berhati-hati dan tidak mudah memberikan penilaian baik (maupun buruk) terhadap seseorang. Seseorang bisa dikatakan jujur dan baik bila teruji, misalnya, dalam hal yang terkait dengan transaksi dan penyampaian atau pelaksanaan suatu amanah. Itu pun tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali, namun berulang kali.

Bagi kita, ini pun menjadi nasihat yang mengajak kita untuk introspeksi diri. Apakah kita sudah benar-benar menjadi orang yang baik dan jujur? Atau, justru kita merupakan salah seorang manusia yang berpura-pura baik agar bisa menyembunyikan kebusukan-kebusukan kita? Jawabannya tentu saja Anda yang paling tahu. Cobalah untuk menilai diri dengan takaran kejujuran dalam bertransaksi dan kepatuhan dalam melaksanakan amanah yang diembankan kepada kita. Bila Anda merasa telah jujur dan baik berdasarkan dua kriteria itu, pertanyaan selanjutnya, apakah Anda masih istiqamah hingga saat ini dalam kebaikan dan kejujuran? Sekali lagi, hanya Anda sendiri yang tahu jawabannya.

0 komentar:

Posting Komentar