Diriwayatkan
bahwa seseorang pernah datang kepada Sayidina Umar bin
Khaththab ra dan berkata kepadanya tentang seseorang, “Sesungguhnya fulan
adalah orang yang jujur.”
Lalu, Sayidina Umar ra bertanya padanya, “Apakah engkau pernah berpergian jauh
dengannya?”
Orang
tersebut menjawab, “Tidak.”
Sayidina Umar bertanya lagi, “Apakah engkau pernah mengadakan transaksi
dengannya?”
Orang
tersebut menjawab, “Tidak.”
Saidina Umar bertanya kembali, “Apakah engkau pernah memberinya
amanah?”
Orang
tersebut menjawab, “Tidak.”
Sayidina Umar ra pun berkata, “Wahai orang yang tidak mengenal orang,
aku beritahu kamu, jadi hanya karena engkau melihatnya rukuk dan sujud di
masjid, (lalu engkau menganggapnya orang yang jujur?!!)”
Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Al-Asrar Al-Marfu’ah, halaman
227
Ini sebenarnya nasihat yang terang dari Umar bin Khaththab ra kepada kita
agar tidak mudah merekomendasikan seseorang kepada orang lain sebagai sosok yang
jujur dan baik, sebelum kita benar-benar mengenalnya dengan baik. Mata yang
kita pergunakan untuk memandang ini sering kali tidak mampu melihat hakikat
yang tersembunyi di balik yang terlihat. Ia hanya mampu melihat tampilan luar,
namun tidak terhadap bagian dalam.
Tampilan fisik yang baik, ucapan yang terdengar manis dan sopan,
rukuk-sujud yang tampak khusyuk, kalau kita baru melihatnya sekali, dua kali,
belumlah bisa dijadikan sebagai patokan bahwa seseorang itu baik dan jujur. Betapa
banyak orang yang menyimpan niat buruk dan sifat-sifat busuk dalam balutan
fisik yang memikat.
Nasihat ini tidaklah mengajarkan kita untuk berprasangka buruk kepada orang
lain, namun mengajak kita untuk berhati-hati dan tidak mudah memberikan
penilaian baik (maupun buruk) terhadap seseorang. Seseorang
bisa dikatakan jujur dan baik bila teruji, misalnya, dalam hal yang terkait
dengan transaksi dan penyampaian atau pelaksanaan suatu amanah. Itu pun tidak
hanya dilakukan sekali atau dua kali, namun berulang kali.
Bagi kita,
ini pun menjadi nasihat yang mengajak kita untuk introspeksi diri. Apakah kita
sudah benar-benar menjadi orang yang baik dan jujur? Atau, justru kita
merupakan salah seorang manusia yang berpura-pura baik agar bisa menyembunyikan
kebusukan-kebusukan kita? Jawabannya tentu saja Anda yang paling tahu. Cobalah
untuk menilai diri dengan takaran kejujuran dalam bertransaksi dan kepatuhan
dalam melaksanakan amanah yang diembankan kepada kita. Bila Anda merasa telah
jujur dan baik berdasarkan dua kriteria itu, pertanyaan selanjutnya, apakah
Anda masih istiqamah hingga saat ini dalam kebaikan dan kejujuran?
Sekali lagi, hanya Anda sendiri yang tahu jawabannya.
0 komentar:
Posting Komentar