Senin, 26 Februari 2018

Mayit Mengetahui Orang yang Menziarahinya dan Merasa Gembira Karenanya



وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أَمْوَاتًا، بَلْ أَحْيَآءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ - ال عمران : 169
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapatkan rezeki.” (QS. Ali Imran: 169)

وَلاَ تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ اَمْوَاتٌ، بَلْ اَحْيَآءٌ وَلٰكِنْ لاَ تَشْعُرُوْنَ - البقرة: ١٥٤
“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al-Baqarah: 154)

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَتَى الْمَقْبَرَةَ فَقَالَ: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَاِنَّا اِنْشَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَ حِكُوْنَ - رواه البخاري ومسلم
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berziarah ke kubur seraya berdoa: ‘Keselamatan bagi kalian penghuni rumah yang mukmin dan insya Allah kami akan menyusulmu kemudian’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Penjelasan Syekh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah:

وَقَدْ شَرَّعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأُمَّتِهِ إِذَا سَلَّمُوْا عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ أَنْ يُسَلِّمُوْا عَلَيْهِمْ سَلاَمَ مَنْ يُخَاطِبُوْنَهُ، فَيَقُوْلُ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ، وَهَذَا خِطَابٌ لِمَنْ يَسْمَعُ وَيَعْقِلُ، وَلَوْلاَ ذَلِكَ لَكَانَ هَذَا الْخِطَابُ بِمَنْزِلَةِ خِطَابِ الْمَعْدُوْمِ وَالْجَمَادِ، وَالسَّلَفُ مُجْمِعُوْنَ عَلَى هَذَا، وَقَدْ تَوَاتَرَتْ اْلآثَارُ بِأَنَّ الْمَيِّتَ يَعْرِفُ زِيَارَةَ الْحَيِّ لَهُ وَيَسْتَبْشِرُبِهِ - ابن القيم، الروح، ص/٢٤ 
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menetapkan kepada umatnya, apabila mereka mengucapkan salam kepada ahli kubur agar mengucapkannya seperti layaknya salam yang diucapkan kepada orang hidup yang ada di hadapannya, yakni assalamu ‘alaikum daara qaumin mu’miniin, dan ini berarti berbicara kepada orang yang mendengar dan berakal. Andaikan tidak demikian, niscaya khitab ini sama dengan berbicara kepada sesuatu yang tidak ada atau tidak berjiwa. Ulama salaf telah sepakat tentang hal ini, dalil-dalil atsar telah mutawatir dari mereka bahwa mayit mengetahui ziarah (kunjungan) orang yang hidup dan merasa senang dengannya.” (Al-Ruh, hal. 24) 

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي، وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا، يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهَا الْإِنْسَانُ لَصَعِقَ - رواه البخاري
“Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika jenazah diletakkan lalu dibawa oleh para pemandu di atas pundak mereka, maka jika jenazah tersebut termasuk orang shalih (semasa hidupnya) maka dia akan berkata: "Bersegeralah kalian, bersegeralah kalian (membawa aku). Dan jika ia bukan dari kalangan orang shalih, maka dia akan berkata: "Celaka, ke mana mereka akan membawanya? Suara jenazah itu didengar oleh setiap makhluk kecuali manusia, dan seandainya ada manusia yang mendengarnya tentu dia akan jatuh pingsan." (HR Bukhari)

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ - التوبة: ١٠٥
Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu...” (QS. At-Taubah: 105)

Al-Hafizh Ibnu Katsir saat menjelaskan ayat di atas berkata:

ان اعمال الأحياء تُعْرَضُ عَلَى اْلأَمْوَاتِ مِنَ ْالأَقْرِبَاءِ وَالْعَشَائِرِ فِي الْبَرْزَخ، كَمَا قاَلَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِي: حدثنا الصِّلْت بنْ دِيْنَار عَنِ الْحَسَن عَنْ جَابِر بن عَبْدِ الله قال: قال رسول الله عليه وسلم: اِنَّ اَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى اَقْرِبَائِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ فِي قُبُوْرِهِمْ، فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اِسْتَبْشَرُوْا بِهِ، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوْا: اَللَّهُمَّ الْهِمْهُمْ اَنْ يَعْمَلُوْا بِطَاعَتِكَ
“Telah disebutkan bahwa amal orang-orang yang masih hidup ditampilkan kepada kaum kerabat dan kabilahnya yang telah mati di alam barzakh. Seperti apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud Ath-Thayalisi, bahwa telah menceritakan kepada kami Ash-Shilt bin Dinar, dari Al-Hasan, dari Jabir bin Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Sesungguhnya amal-amal kalian ditampilkan kepada kaum kerabat dan famili kalian di alam kubur mereka. Jika amal perbuatan kalian itu baik, maka mereka merasa gembira dengannya; dan jika amal perbuatan kalian itu sebaliknya, maka mereka berdoa, “Ya Allah, berilah mereka ilham (kekuatan) untuk melakukan ketaatan kepada-Mu.”

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الأَنْبِيَاءُ أَحْيَآءٌ فِيْ قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْانَ - رواه الحافظ أبو يعلى في مسنده (٣٤٢٥)، والبيهقي في حياة الأنبياء (ص/٣) وصححه، والبزار في مسنده (٢٥٦،٢٣٣)، وابن عدي في الكامل (٢/٩)، والحافظ أبو نعيم في ذكر أخبار أصبهان (٣٩/٢)، والحافظ ابن عساكر في تاريخ دمشق (٢٨٥/٤)، وصححه الحافظ المناوي
“Para nabi itu hidup di dalam kubur mereka dan menunaikan shalat.” (HR Abu Ya’la, Al-Baihaqi dalam Hayat Al-Anbiya[ hal. 3], dan beliau menilainya shahih, Al-Bazzar dalam Al-Musnad [233 dan 256], Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq [4/285], Ibnu ‘Adi dalam Al-Kamil [9/2], Abu Nu’aim dalam Dzikr Akhbar Ashbihan [2/39], dan lain-lain. Hadits ini juga dinilai shahih oleh Al-Hafizh Al-Munawi)

عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَام وَفِيْهِ قُبِضَ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيْهِ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ - أَيْ يَقُولُونَ قَدْ بَلِيتَ - قَالَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمْ السَّلَام - رواه النسائي  وابن ماجه واحمد والدارمي، وصححه الشيخ ابن القيم في جلاء الأفهام، ص/٤٧
Dari Aus bin Aus, dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at -karena- pada hari itu Nabi Adam dicipta, pada hari itu beliau diwafatkan, pada hari itu ditiupnya terompet (menjelang kiamat), dan pada hari itu (terjadi) huru-hara. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu -karena- shalawat kalian disampaikan kepadaku." Mereka (para sahabat) berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin shalawat kami bisa disampaikan kepadamu, sedangkan engkau telah meninggal? -atau mereka berkata, "Telah hancur (tulangnya) " Beliau lalu berkata: "Allah ‘Azza wa Jalla mengharamkan tanah untuk memakan jasad para Nabi 'Alaihimus Salam." (HR An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimi; dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Ibnul Qayyim dalam Jala’ al-Afham [hal. 47])

أَخْرَجَ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيْهِ الْمُؤْمِنِ - كَانَ يَعْرِفُهُ فِي الدُّنْيَا - فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إِلاَّ عَرَفَهُ وَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ، صَحَّحَهُ عَبْدُ الْحَقِّ، وَفِي الْبَابِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ وَعَائِشَةَ - ذكره محمد بن عبد الوهاب النجدي في أحكام تمني الموت، ص/٤٦
“Ibnu Abdilbarr meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak seorang pun yang lewat bertemu dengan kuburan saudaranya seiman –yang pernah mengenalnya ketika di dunia-, lalu mengucapkan salam kepadanya, kecuali ia akan mengenalnya dan membalas salamnya.” Hadits ini dinilai shahih oleh Abdulhaqq. Dalam bab ini ada riwayat pula dari Abu Hurairah dan ‘Aisyah. Hadits ini disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Ahkam Tamanni al-Maut, hal. 46.

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ عِنْدَ قَبْرِيْ سَمِعْتُهُ، وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِنْ بَعِيْدٍ أُعْلِمْتُهُ - رواه أبو الشيخ الأصبهاني في كتاب الثواب، قال الحافظ ابن حجر والحافظ السخاوي: إسناده جيد، وذكره محمد بن عبد الوهاب النجدي في جلاء الأفهام، ص/٣٣
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca shalawat kepadaku di sisi makamku, maka aku dapat mendengarnya. Dan barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku dari tempat yang jauh, maka aku akan diberitahu.”

عَنْ أَبِيْ قَتَدَةَ مَرْفُوْعًا: إِذَا وَلِيَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُحْسِنْ كَفَنَهُ، فَإِنَّهُمْ يَتَزَاوَرُوْنَ فِيْ قُبُوْرِهِمْ. وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا بِسَنَدٍ لاَ بَأْسَ بِهِ عَنْ رَاشِدِ بْنِ سَعْدٍ: أَنَّ رَجُلاً تُوُفِّيَ امْرَأَتُهُ، فَرَأَى نِسَاءً فِي الْمَنَامِ، وَلَمْ يَرَ امْرَأَتَهُ مَعَهُنَّ، فَسَأَلَهُنَّ عَنْهَا، فَقُلْنَ: إِنَّكُمْ قَصَّرْتُمْ فِيْ كَفَنِهَا، فَهِيَ تَسْتَحْيِيْ تَخْرُجُ مَعَنَا، فَأَتَى الرَّجُلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخْبَرَهُ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اُنْظُرْ هَلْ إِلَى ثِقَةٍ مِنْ سَبِيْلٍ؟ فَأَتَى رَجُلاً مِنَ اْلأَنْصَارِ قَدْ حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ، فَأَخْبَرَهُ، فَقَالَ اْلأَنْصَارِيُّ: إِنْ كَانَ أَحَدٌ يُبَلِّغُ الْمَوْتَى بَلَّغْتُ. فَتُوُفِّيَ اْلأَنْصَارِيُّ، فَجَاءَ بِثَوْبَيْنِ مُزَوَّدَيْنِ بِالزَّعْفَرَانِ، فَجَعَلَهُمَا فِيْ كَفَنِ اْلأَنْصَارِيِّ، فَلَمَّا كَانَ الَّيْلُ رَأَى النِّسْوَةَ، وَمَعَهُنَّ امْرَأَتُهُ، وَعَلَيْهَا الثَّوْبَانِ اْلأَصْفَرَانِ - ذكرهما محمد بن عبد الوهاب النجدي في أحكام تمني الموت، ص/ ٤١-٤٢  
“Dari Abu Qatadah secara marfu’: “Apabila salah seorang kamu diserahi (tugas) mengurus jenazah saudaranya, maka berilah kafan yang bagus. Karena sesungguhnya mereka akan saling mengunjungi di alam kubur mereka.” (Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Muhammad bin Yahya Al-Hamadani dalam Shahih-nya). Ibnu Abiddun-ya meriwayatkan dengan sanad la ba’sa bih, dari Rasyid bin Sa’ad, berkata: “Ada seorang laki-laki yang istrinya meninggal dunia. Malam harinya ia bermimpi melihat banyak perempuan yang sudah meninggal dunia, kecuali istrinya yang tidak ada bersama mereka. Lalu ia bertanya kepada mereka tentang istrinya yang tidak tampak bersama mereka. Mereka menjawab: “Kalian telah memberinya kafan yang kurang bagus sehingga ia malu untuk keluar bersama kami.” Lalu laki-laki tersebut datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan tentang istrinya yang meninggal dunia serta mimpi yang dialaminya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Coba lihat, apakah ada orang yang dipercaya untuk menyampaikannya?” Lalu laki-laki itu mendatangi seorang lelaki Anshar yang sedang menghadapi detik-detik kematian dan menyampaikan keinginannya untuk menitipkan kain kafan kepada istrinya nanti kalau ia sudah meninggal dunia. Lelaki Anshar itu menjawab: “Kalau memang orang yang sudah meninggal dunia dapat menyampaikan titipan kepada orang (lain) yang juga sudah meninggal dunia, tentu titipanmu akan aku sampaikan.” Lalu lelaki Anshar itu pun meninggal dunia. Kemudian laki-laki tadi datang membawa dua kain kafan yang dilengkapi dengan za’faran (cat pewarna kuning) dan kemudian diletakkannya di dalam kafan lelaki Anshar yang baru meninggal dunia itu. Malam harinya, laki-laki tersebut bermimpi melihat perempuan-perempuan yang sudah meninggal dunia, dan istrinya juga tampak bersama mereka dengan mengenakan dua buah kafan berwarna kuning.” (Dua hadits ini disebutkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab An-Najdi dalam kitabnya Ahkam Tamanni Al-Maut, hal. 41-42).

0 komentar:

Posting Komentar