Abi Arakah bercerita kepada kita. Katanya, “Aku pernah shalat bersama Ali bin Abi Thalib ra dalam shalat Subuh. Ketika ia salam, ia menoleh ke kanan. Kemudian ia tetap di tempat duduknya hingga matahari naik setinggi tombak, seakan-akan ia berada dalam kesedihan yang sangat mendalam. Lalu, ia berkata:
“Sungguh aku
telah melihat sahabat Rasul Saw, dan aku tidak pernah melihat seorang pun yang
menyerupai mereka hari ini. Mereka melalui pagi mereka dalam keadaan kusut bajunya,
tubuh mereka penuh debu dan miskin harta, kedua matanya seperti orang yang
punya kesedihan yang sangat mendalam. Mereka menghabiskan malam mereka untuk
sujud dan qiyamul lail. Mereka membaca kitab Allah, dan mereka beristirahat
dengan kaki dan dahi mereka (bersujud). Jika mereka berdzikir kepada Allah,
tubuh mereka bergetar, sebagaimana pohon yang bergoyang tertiup angin.
Air mata
mereka selalu bercucuran hingga membasahi baju mereka. Demi Allah…, demi
Allah…, sedang generasi saat ini (tabi’in) menghabiskan malamnya dalam keadaan
lalai.”
Abi Arakah melanjutkan kisahnya, “Setelah itu ia berdiri dan tidak pernah
terlihat tertawa sejak saat itu, hingga ia dibunuh oleh Ibnu Muljam.”
Tegukan Hikmah:
Nasihat ini
termaktub dalam kitab Tahdzib Hilyatil Auliya’, 1/82 dan Shifatush
Shafwa, 1/173.
Melalui
ungkapannya ini, Ali bin Abi Thalib ra
menggambarkan kepada kita bagaimana cara beribadah yang dilakukan oleh para
sahabat Nabi Saw. Tujuannya tentu agar kita menyadari betapa tidak ada
apa-apanya semangat kita dalam mendekati Allah Ta’ala bila dibandingkan dengan
semangat yang dimiliki para sahabat Nabi Saw tersebut.
Melalui ucapan tersebut, Ali ra menceritakan kepada kita betapa para
sahabat adalah orang-orang yang lebih banyak menghabiskan malamnya bersama Allah,
tenggelam dalam dzikir dan munajat, berlinangan air mata, menyibukkan diri
dengan membaca al-Qur’an, dan mengarahkan kesadaran batin mereka kepada satu
perenungan yang sangat mendalam, sehingga mereka menjadi orang-orang yang
seolah-olah sedang menghadapi kesedihan yang luar biasa.
Di sisi lain, bagian akhir dari ucapan Ali ra ini memperlihatkan
keprihatinan beliau akan sikap dan semangat beribadah yang dimiliki kalangan Tabi’in,
yang jauh lebih melemah bila dibandingkan dengan generasi sahabat. Andaikan
beliau menyaksikan sendiri keadaan umat Islam saat ini, niscaya keprihatinannya
akan jauh lebih besar, karena semangat generasi Muslim saat ini dalam hal
ibadah sungguh berberda, laksana langit dan bumi.
Nasihat ini
harus menjadi satu renungan bagi kita. Dengan keadaan dan semangat beribadah
kita saat ini, akankah kita layak masuk ke dalam surga. Padahal generasi
terdahulu dari kalangan umat ini jauh lebih besar harapan dan usahanya untuk
memperoleh surga itu kelak di akhirat daripada apa yang kita lakukan.
Bila Anda
benar-benar ingin meraih surga di sisi Allah, maka mulai saat ini berbuat dan
bergeraklah semaksimal mungkin untuk taat kepada-Nya dan menjauh dari segala
larangan-Nya. Isilah setiap detik dari kehidupan yang kita lalui dengan keadaan
batin yang selalu bertaut dengan Allah ‘Azza wa Jalla.
0 komentar:
Posting Komentar