Senin, 23 April 2018

Keadaan Para Sahabat Rasulullah Saw


Abi Arakah bercerita kepada kita. Katanya, “Aku pernah shalat bersama Ali  bin Abi Thalib ra dalam shalat Subuh. Ketika ia salam, ia menoleh ke kanan. Kemudian ia tetap di tempat duduknya hingga matahari naik setinggi tombak, seakan-akan ia berada dalam kesedihan yang sangat mendalam. Lalu, ia berkata:

“Sungguh aku telah melihat sahabat Rasul Saw, dan aku tidak pernah melihat seorang pun yang menyerupai mereka hari ini. Mereka melalui pagi mereka dalam keadaan kusut bajunya, tubuh mereka penuh debu dan miskin harta, kedua matanya seperti orang yang punya kesedihan yang sangat mendalam. Mereka menghabiskan malam mereka untuk sujud dan qiyamul lail. Mereka membaca kitab Allah, dan mereka beristirahat dengan kaki dan dahi mereka (bersujud). Jika mereka berdzikir kepada Allah, tubuh mereka bergetar, sebagaimana pohon yang bergoyang tertiup angin.

Air mata mereka selalu bercucuran hingga membasahi baju mereka. Demi Allah…, demi Allah…, sedang generasi saat ini (tabi’in) menghabiskan malamnya dalam keadaan lalai.”

Abi Arakah melanjutkan kisahnya, “Setelah itu ia berdiri dan tidak pernah terlihat tertawa sejak saat itu, hingga ia dibunuh oleh Ibnu Muljam.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Tahdzib Hilyatil Auliya’, 1/82 dan Shifatush Shafwa, 1/173. 

Melalui ungkapannya ini, Ali bin Abi Thalib ra menggambarkan kepada kita bagaimana cara beribadah yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Saw. Tujuannya tentu agar kita menyadari betapa tidak ada apa-apanya semangat kita dalam mendekati Allah Ta’ala bila dibandingkan dengan semangat yang dimiliki para sahabat Nabi Saw tersebut.

Melalui ucapan tersebut, Ali ra menceritakan kepada kita betapa para sahabat adalah orang-orang yang lebih banyak menghabiskan malamnya bersama Allah, tenggelam dalam dzikir dan munajat, berlinangan air mata, menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an, dan mengarahkan kesadaran batin mereka kepada satu perenungan yang sangat mendalam, sehingga mereka menjadi orang-orang yang seolah-olah sedang menghadapi kesedihan yang luar biasa. 

Di sisi lain, bagian akhir dari ucapan Ali ra ini memperlihatkan keprihatinan beliau akan sikap dan semangat beribadah yang dimiliki kalangan Tabi’in, yang jauh lebih melemah bila dibandingkan dengan generasi sahabat. Andaikan beliau menyaksikan sendiri keadaan umat Islam saat ini, niscaya keprihatinannya akan jauh lebih besar, karena semangat generasi Muslim saat ini dalam hal ibadah sungguh berberda, laksana langit dan bumi. 

Nasihat ini harus menjadi satu renungan bagi kita. Dengan keadaan dan semangat beribadah kita saat ini, akankah kita layak masuk ke dalam surga. Padahal generasi terdahulu dari kalangan umat ini jauh lebih besar harapan dan usahanya untuk memperoleh surga itu kelak di akhirat daripada apa yang kita lakukan. 

Bila Anda benar-benar ingin meraih surga di sisi Allah, maka mulai saat ini berbuat dan bergeraklah semaksimal mungkin untuk taat kepada-Nya dan menjauh dari segala larangan-Nya. Isilah setiap detik dari kehidupan yang kita lalui dengan keadaan batin yang selalu bertaut dengan Allah ‘Azza wa Jalla.

0 komentar:

Posting Komentar