Rabu, 09 Mei 2018

Hak Seorang Ulama


Sayidina Ali bin Abu Thalib ra pernah berkata:

“Kewajiban kalian terhadap seorang ulama adalah memberi salam kepadanya secara khusus saat engkau menemuinya, dan memberi salam secara umum kepada yang lain. Duduklah di depannya dan janganlah engkau menunjuk dengan tanganmu. Jangan memberi isyarat dengan matamu. Jangan pula mengatakan, ‘Fulan mengatakan berbeda dengan yang engkau katakan.’ Jangan engkau memegang bajunya, dan jangan engkau memojokkannya dalam bertanya. Sesungguhnya seorang ulama laksana pohon kurma yang sedang berbuah, yang tetap akan menjatuhkan sesuatu kepadamu.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Jami’ Bayanil ‘Ilm wa Fadhlihi, 1/176.

Pengetahuan tentang cara memperlakukan seorang ulama telah banyak hilang, kalau tidak bisa dikatakan telah hilang, dari generasi saat ini. Seorang ulama adalah seorang yang dianugerahkan Allah ilmu kepadanya. Dulu, kemuliaan seseorang sangat ditentukan oleh ilmu yang ada dalam dirinya. Namun dewasa ini, orang akan dimuliakan orang lain karena harta berlimpah yang dimilikinya, meskipun tidak diketahui bagaimana cara yang mereka tempuh untuk memperoleh harta itu.

Perhatikanlah sikap sebagian besar manusia saat ini, akan kita temukan betapa tidak mengertinya mereka bagaimana seharusnya bersikap terhadap seorang ulama. Ulama yang selalu mengajak dan menunjukkan jalan ke arah yang diridhai Allah sering kali dipandang sebagai sosok yang tidak mengikuti perkembangan zaman, sok suci, bisanya hanya bicara, dan berbagai pandangan yang bernada negatif lainnya. 

Hakikatnya tentu saja tidak demikian. Ulama adalah orang-orang yang diberikan Allah ilmu kepada mereka yang sebagian besar manusia tidak memperoleh ilmu tersebut. Bahkan, Nabi Saw memandang para ulama sebagai pewaris para nabi. Artinya, para ulama adalah pemegang estafet perjuangan para nabi untuk menyeru umat manusia ke jalan Tuhan.

Boleh jadi, gejala ketidakhormatan sebagian manusia terhadap para ulama sudah dilihat oleh Sayidina Ali bin Abu Thalib ra pada masanya, sehingga beliau menyampaikan nasihat bagaimana selayaknya bersikap bila berhadapan dengan seorang ulama. Cara memperlakukan seorang ulama adalah:

  Memberi salam secara khusus kepadanya.
  Duduklah di depannya.
  Jangan menunjuk-nunjuk ke arahnya.
  Gunakan bahasa yang jelas, santun, dan tidak berisyarat dengan mata terhadapnya.
  Jangan memperbandingkan pendapatnya dengan pendapat yang lain.
  Jangan memegang bajunya dengan sikap meremehkannya.
  Jangan mengajukan pertanyaan kepadanya dengan tujuan untuk mempersulit dan memojokkannya.

Itulah beberapa butir cara bersikap terhadap seorang ulama. Semoga Allah menguatkan kita untuk mengamalkannya. Tiliklah diri kita. Siapa tahu kita termasuk golongan orang-orang yang selalu memandang remeh kepada para ulama. Ketahuilah, bahwa para ulama termasuk golongan manusia pilihan Tuhan. Mereka menyeru kita ke jalan Allah tanpa mengharapkan imbalan apa pun dari kita. Maka, muliakanlah mereka. Jika Sayidina Ali ra saja sangat memuliakan para ulama, lalu, mengapa kita merasa enggan untuk melakukannya?

0 komentar:

Posting Komentar