Minggu, 22 April 2018

Beramal untuk Sesuatu Setelah Mati


Utsman bin Affan ra dalam sebuah khutbahnya pernah berkata:

“Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah karena sesungguhnya takwa kepada Allah merupakan keberuntungan. Dan sesungguhnya orang yang paling cerdas adalah orang yang menghisab dirinya sendiri dan beramal untuk sesuatu setelah ia mati dan mencari cahaya Allah untuk menghadapi kegelapan alam kubur. Hendaknya seorang hamba itu takut jika Allah menjadikan buta setelah dirinya dijadikan bisa melihat. Dan ketahuilah bahwa barangsiapa yang tidak takut kepada Allah saat senang, lalu kepada siapa ia berharap ketika ia berada dalam kesulitan?”
Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah, 7/234.

Utsman bin Affan ra mengingatkan kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala, karena tak ada apa pun yang dihasilkan oleh perilaku takwa kepada-Nya selain keberuntungan. Sungguh tak pernah sedikit pun kerugian menghampiri hamba-hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya. 

Bentuk-bentuk nyata perilaku seorang hamba yang bertakwa kepada Allah adalah menghisab dirinya terlebih dahulu di dunia ini sebelum tiba saatnya bagi Allah untuk memperhitungkan segala amal perbuatannya. Utsman ra mengatakan menghisab diri sendiri di dunia ini merupakan perilaku yang cerdas. Menghisap diri artinya menimbang dengan benar antara amal saleh dan kemaksiatan yang telah dilakukannya, sehingga ia mengetahui mana yang lebih banyak di antara keduanya. 

Jika penghisaban itu dilakukan di dunia ini, lalu ia menemukan bahwa kemaksiatan yang telah dikerjakannya ternyata jauh lebih banyak daripada amal salehnya, maka masih ada kesempatan baginya untuk bertaubat dan memperbanyak catatan amal saleh, sehingga kemaksiatannya menjadi jauh lebih sedikit dibanding kebajikannya. Namun, jika di dunia ini ia lalai menghisab dirinya, hingga kemudian Allah menghisabnya, dan ditemukan kemaksiatannya jauh lebih banyak daripada amal salehnya, maka tak ada lagi waktu untuk bertaubat dan berbuat baik. Saat itu kecelakaanlah baginya dan hanya akan menyisakan penyesalan panjang tanpa ujung. Sementara, penyesalan saat itu sudah tidak berarti lagi. Itulah sebabnya dikatakan bahwa menghisab diri sendiri di dunia ini merupakan perilaku cerdas, karena hanya orang-orang cerdaslah yang mampu melakukannya.

Bentuk lainnya dari perilaku hamba Allah yang bertakwa adalah beramal untuk meraih kebahagiaan setelah kematiannya dan berusaha memperoleh cahaya dari Allah guna menerangi kegelapan alam kubur yang pasti segera dimasukinya. Sungguh ini merupakan hal penting dan mendesak untuk kita lakukan. Tak ada waktu lagi bagi kita untuk menunda-nunda melakukan segala macam amal yang bisa menyebabkan kita bahagia setelah kematian. Tak ada lagi kesempatan lain bagi kita selain saat ini untuk segera beramal yang membuat Allah ridha memberikan kepada kita cahaya-Nya yang akan menerangi gelapnya alam barzah. 

Seorang hamba Allah yang bertakwa akan senantiasa takut kepada-Nya dalam kondisi apa pun dan di mana pun. Baginya tidak ada tempat dan keadaan yang bisa membuatnya luput dari pandangan Allah. Jika ia berada dalam keadaan senang dan bahagia, ia selalu sadar bahwa keadaan itu merupakan anugerah Allah, bukan hasil ciptaannya untuk dirinya sendiri. Itulah sebabnya ia tak pernah melupakan Allah.

Ketahuilah, orang yang sering lupa kepada Allah saat ia berada dalam kesenangan dan kebahagiaan, maka Allah akan melupakannya saat ia berada dalam kesulitan dan kesedihan. Jika Allah telah melupakannya, masihkah ada yang mampu menolongnya? Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan ingatlah Dia dalam keadaan apa pun dari kehidupan yang Anda jalani. Semoga Anda termasuk dalam golongan hamba-hamba-Nya yang beruntung.

0 komentar:

Posting Komentar