Diriwayatkan
bahwa dalam khutbahnya yang lain, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra pernah berkata:
“Demi Allah, aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Aku dalam posisi dan keadaan terpaksa. Aku ingin di antara kalian ada yang mampu menggantikan posisiku ini. Apakah kalian mengira aku akan melaksanakan sunnah Rasulullah Saw secara penuh? Tidak, aku tidak mampu melaksanakan semuanya. Sesungguhnya Rasulullah Saw dijaga dengan wahyu, dan malaikat bersama beliau. Sementara setan bersamaku, yang selalu menggodaku. Jika aku marah maka menjauhlah dariku, agar aku tidak menzalimi rambut dan kulit kalian. Perhatikanlah ucapanku ini!”
Tegukan Hikmah:
Nasehat ini
termaktub dalam Kitab Kanzul Ummal pada hadits nomor 14118.
Ini adalah
pengakuan yang jujur dari salah seorang sahabat utama Nabi Saw. Di sini Abu
Abakar Ash-Shiddiq ra mengakui bahwa posisi yang disandangnya sebagai seorang
khalifah bukanlah karena ia telah menjadi manusia terbaik di antara manusia
yang ada pada saat itu. Jabatan khalifah adalah sebuah amanah yang diberikan
kepadanya. Beliau tidak bisa menolak saat amanah diembankan kepadanya.
Pengakuan lainnya
adalah meskipun beliau sangat dekat dengan Nabi Saw, namun itu tidak berarti
memberikan kemampuan baginya untuk mengamalkan seluruh sunnah yang berasal dari
Beliau Saw. Abu Bakar ra menyadari kelemahannya sebagai makhluk yang sangat
berbeda dengan Rasulullah Saw. Rasul Saw selalu dijaga Allah dengan wahyu dan
para malaikat-Nya, sementara Abu Bakar ra selalu berhadapan dengan setan yang
tak kenal lelah berusaha menggodanya.
Nilai luar biasa yang dikandung oleh nasihat ini adalah kejujuran untuk
mengakui kekurangan diri dan tidak merasa menjadi manusia yang paling utama
hanya karena jabatan yang disandang. Sikap inilah yang sudah banyak pudar, bahkan
hilang, dari diri para pemimpin manusia masa kini. Sebagian besar mereka
menyangka, jabatan yang mereka sandang telah menempatkan mereka pada posisi
yang jauh lebih mulia dan istimewa dibanding orang kebanyakan. Akibatnya, dalam
segala aspek kehidupan, mereka meminta untuk diistimewakan.
Di sisi
lain, di tengah umat Rasulullah Saw ini, sering kali muncul manusia-manusia
yang merasa dirinya telah mengamalkan secara utuh seluruh sunnah beliau.
Sehingga mereka memandang saudara muslimnya yang lain sebagai manusia-manusia
yang tak mengenal sunnah dan hidup di luar garis yang diarahkan Baginda Rasul
Saw. Tentu saja sikap seperti itu jauh dari sikap yang ditunjukkan sahabat
Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.
Melalui nasihat ini, hendaklah kita kembali pada pengakuan hakiki, bahwa
sesungguhnya kita tidaklah lebih istimewa dan lebih mulia daripada
manusia-manusia yang lainnya. Sikap terbaik yang harus kita pilih adalah
senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt dan menyemangati diri untuk
selalu mengamalkan sunnah-sunnah Rasululllah Saw, tanpa harus merasa telah
menjadi manusia sempurna dan istimewa di antara makhluk ciptaan Allah di dunia
ini.
0 komentar:
Posting Komentar