Telah sampai kepada kita berita tentang sepucuk surat yang pernah ditulis oleh Umar bin Khaththab ra kepada ‘Utbah bin Ghazwan ra, salah seorang gubernurnya yang memerintah di Bashrah. Pada surat itu Umar ra menuliskan:
“Amma
ba’du…, sekarang engkau telah menjadi seorang pemimpin. Jika engkau mengatakan
sesuatu, maka akan didengarkan; dan jika engkau memerintahkan sesuatu, pasti
akan dilaksanakan.
Duhai, alangkah indahnya nikmat tersebut, jika tidak membuatmu merasa lebih
daripada kemampuanmu yang sebenarnya, dan tidak membuatmu menzalimi orang lain.
Maka,
jagalah nikmat yang diberikan Allah padamu itu, melebihi engkau menjaga dirimu
dari musibah. Janganlah engkau tertipu dan terpedaya olehnya, yang nantinya
akan menjadikanmu berada dalam kehinaan. Wassalam…”
Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Al-Aqdul Farid, III/111.
Meskipun nasihat dalam surat itu ditujukan kepada ‘Utbah bin Ghazwan ra,
namun kita pun harus mampu mengambil pelajaran darinya dan menjadikannya
sebagai nasihat bagi diri kita. Di sini Umar ra mengingatkan ‘Utbah ra agar
bersyukur atas nikmat kepemimpinan yang diamanahkan Allah padanya. Caranya
adalah dengan menjaga diri agar tidak berlaku sewenang-wenang dan zalim
terhadap orang-orang yang dipimpinnya.
Kita pun
sesungguhnya adalah para pemimpin, minimal untuk keluarga kita atau bahkan
untuk diri kita sendiri. Kalau Anda adalah pemimpin untuk diri Anda sendiri,
berbuat adillah padanya. Jangan zalimi diri dengan memerintahkan kepadanya
melakukan sesuatu yang mengundang murka Allah Ta’ala. Bila Anda senantiasa
memenuhi kebutuhan fisik Anda, maka hendaklah Anda adil dengan juga memenuhi
kebutuhan ruhani Anda. Jangan biarkan diri Anda berbuat sesuatu yang justru
merugikan kehidupan Anda sendiri.
Kepemimpinan
sesungguhnya hanyalah satu di antara sekian banyak nikmat yang dianugerahkan
Tuhan pada kita. Apa pun bentuk nikmat yang saat ini Anda terima dari Tuhan,
jagalah ia dengan cara menggunakannya untuk sesuatu yang mengundang turunnya
berkah Allah dalam kehidupan Anda. Selama nikmat-nikmat itu tidak kita
pergunakan untuk menzalimi orang lain, sungguh ia adalah sesuatu yang indah.
Oleh karena
itu, mulai detik ini, mari kita bermuhasabah. Perhatikan betapa hidup kita tak
pernah lepas dari nikmat Tuhan. Kalau Anda sudah menemukan bentuk-bentuk
kenikmatan itu, jagalah ia dengan mempergunakannya untuk meningkatkan ketakwaan
diri kepada Allah Sang Pemberi nikmat.
0 komentar:
Posting Komentar