وَالْبَالُ
الشَّرَفُ وَالْعَظَمَةُ أَوِ الْحَالُ وَالشَّأْنُ الَّذِي يُهْتَمُّ بِهِ
شَرْعًا
Al-Baal adalah hal yang mulia dan agung, atau adalah kondisi dan
hal penting yang perlu diperhatikan dalam pandangan syari'at.
وَمَعْنَى
الْإِهْتِمَامِ بِهِ طَلَبُهُ أَوْ إِبَاحَتُهُ بِأَنْ لَا يَكُوْنَ مُحَرَّمًا
لِذَاتِهِ وَلَا مَكْرُوْهًا لِذَاتِهِ
Arti
berperhatian dengan perkara itu adalah menuntut perkara itu atau diperboehkan
perkara itu, seumpama bentuk perkara itu bukan sesuatu yang diharamkan pada
zatnya, dan tidak dimakruhkan pada zatnya.
لٰكِنْ
لَا تُطْلَبُ الْبَسْمَلَةُ عَلٰى مُحْقِرَاتِ الْأُمُوْرِ كَكَنْسِ زَبَلٍ وَلَا
تُطْلَبُ لِلذِّكْرِ الْمَحْضِ كَالتَّهْلِيْلِ
Akan
tetapi tidak dianjurkan membaca basmalah pada beberapa perkara yang hina,
seperti menyapu kotoran hewan, dan tidak pula dianjurkan pada
dzikiran yang murni, seperti tahlil [dzikir laa ilaaha illallah].
وَقَالَ
الشَّيْخُ عُمَيْرَةُ وَالْبَالُ أَيْضًا اَلْقَلْبُ كَأَنَّ الْأَمْرَ لِشَرَفِهِ
وَعَظَمِهِ مَلَّكَ قَلْبَ صَاحِبِهِ لِاشْتِغَالِهِ بِهِ
Dan
telah berkata Syekh 'Umairah: "Al-Baal juga bisa berarti hati,
seakan bahwa suatu perkara itu, karena mulianya perkara dan agungnya itu telah
menguasai hati pemiliknya [pelakunya], karena tersibukkan dirinya dengan
perkara tersebut".
وَفِي
قَوْلِهِ فِيْهِ لِلسَّبَبِيَّةِ عَلٰى
قِيَاسِ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَتِ امْرَأَةٌ النَّارَ
فِيْ هِرَّةٍ أَيْ بِسَبَبِهَا حَبَسَتْهَا وَهيَ امْرَأَةٌ مِنْ بَنِيْ
إِسْرَائِيْلَ
Dan
dalam sabda Nabi Saw: "fiihi", fa' huruf jarr
[khafadh] bermakna sababiyyah, lantaran dipersamakan dengan sabda Nabi
Saw: "Seorang wanita masuk neraka sebab seekor kucing",
yakni dengan sebab kucing yang dikurung olehnya. Dan dia adalah seorang wanita
dari bangsa Bani Israil.
وَالْأَبْتَرُ
مَقْطُوْعُ الذَّنَبِ وَالْأَقْطَعُ مَنْ قَطَعَتْ يَدَاهُ أَوْ إِحْدَاهُمَا
وَالْأَجْذَمُ بِالذَّالِ الْمُعْجَمَةِ الْمَقْطُوْعُ الْيَدِ
Dan al-Abtar
adalah yang terpotong ekornya, dan al-Aqtha' adalah orang yang terpotong
kedua tangannya atau salah satunya, dan al-Ajdzam dengan huruf dzal yang
bertitik, adalah orang yang terputus tangannya,
وَقِيْلَ
اَلذَّاهِبُ الْأَنَامِلِ
dan
dikatakan [oleh satu pendapat]: "[al-Ajdzam] adalah orang yang
hilang jari jemarinya".
وَقَالَ
الْبَرَّاوِيُّ هُوَ عِلَّةٌ مَعْرُوْفَةٌ مِنْ بَابِ التَّشْبِيْهِ الْبَلِيْغِ
Dan
telah berkata Syekh Al-Barawiy: "Hal itu
merupakan illat [alasan] yang sudah umum, termasuk dari bab at-Tasybiihil
Baliigh [penyerupaan yang tanpa menggunakan kalimat penyerupaan]".
0 komentar:
Posting Komentar