Kamis, 19 April 2018

Muqadimah (Bagian 6)


 
وَالْبَالُ الشَّرَفُ وَالْعَظَمَةُ أَوِ الْحَالُ وَالشَّأْنُ الَّذِي يُهْتَمُّ بِهِ شَرْعًا
Al-Baal adalah hal yang mulia dan agung, atau adalah kondisi dan hal penting yang perlu diperhatikan dalam pandangan syari'at.

وَمَعْنَى الْإِهْتِمَامِ بِهِ طَلَبُهُ أَوْ إِبَاحَتُهُ بِأَنْ لَا يَكُوْنَ مُحَرَّمًا لِذَاتِهِ وَلَا مَكْرُوْهًا لِذَاتِهِ
Arti berperhatian dengan perkara itu adalah menuntut perkara itu atau diperboehkan perkara itu, seumpama bentuk perkara itu bukan sesuatu yang diharamkan pada zatnya, dan tidak dimakruhkan pada zatnya.

لٰكِنْ لَا تُطْلَبُ الْبَسْمَلَةُ عَلٰى مُحْقِرَاتِ الْأُمُوْرِ كَكَنْسِ زَبَلٍ وَلَا تُطْلَبُ لِلذِّكْرِ الْمَحْضِ كَالتَّهْلِيْلِ
Akan tetapi tidak dianjurkan membaca basmalah pada beberapa perkara yang hina, seperti menyapu kotoran hewan, dan tidak pula dianjurkan pada dzikiran yang murni, seperti tahlil [dzikir laa ilaaha illallah].

وَقَالَ الشَّيْخُ عُمَيْرَةُ وَالْبَالُ أَيْضًا اَلْقَلْبُ كَأَنَّ الْأَمْرَ لِشَرَفِهِ وَعَظَمِهِ مَلَّكَ قَلْبَ صَاحِبِهِ لِاشْتِغَالِهِ بِهِ
Dan telah berkata Syekh 'Umairah: "Al-Baal juga bisa berarti hati, seakan bahwa suatu perkara itu, karena mulianya perkara dan agungnya itu telah menguasai hati pemiliknya [pelakunya], karena tersibukkan dirinya dengan perkara tersebut".

وَفِي قَوْلِهِ فِيْهِ  لِلسَّبَبِيَّةِ   عَلٰى قِيَاسِ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَتِ امْرَأَةٌ النَّارَ فِيْ هِرَّةٍ أَيْ بِسَبَبِهَا حَبَسَتْهَا وَهيَ امْرَأَةٌ مِنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ
Dan dalam sabda Nabi Saw: "fiihi", fa' huruf jarr [khafadh] bermakna sababiyyah, lantaran dipersamakan dengan sabda Nabi Saw: "Seorang wanita masuk neraka sebab seekor kucing", yakni dengan sebab kucing yang dikurung olehnya. Dan dia adalah seorang wanita dari bangsa Bani Israil.

وَالْأَبْتَرُ مَقْطُوْعُ الذَّنَبِ وَالْأَقْطَعُ مَنْ قَطَعَتْ يَدَاهُ أَوْ إِحْدَاهُمَا وَالْأَجْذَمُ بِالذَّالِ الْمُعْجَمَةِ الْمَقْطُوْعُ الْيَدِ
Dan al-Abtar adalah yang terpotong ekornya, dan al-Aqtha' adalah orang yang terpotong kedua tangannya atau salah satunya, dan al-Ajdzam dengan huruf dzal yang bertitik, adalah orang yang terputus tangannya,

وَقِيْلَ اَلذَّاهِبُ الْأَنَامِلِ
dan dikatakan [oleh satu pendapat]: "[al-Ajdzam] adalah orang yang hilang jari jemarinya".

وَقَالَ الْبَرَّاوِيُّ هُوَ عِلَّةٌ مَعْرُوْفَةٌ مِنْ بَابِ التَّشْبِيْهِ الْبَلِيْغِ
Dan telah berkata Syekh Al-Barawiy: "Hal itu merupakan illat [alasan] yang sudah umum, termasuk dari bab at-Tasybiihil Baliigh [penyerupaan yang tanpa menggunakan kalimat penyerupaan]".

0 komentar:

Posting Komentar