Diberitakan bahwa Umar bin Khaththab ra pernah menulis surat kepada putra terkasihnya, Abdullah bin Umar bin Khaththab ra, saat ia tidak sedang berada di sisinya. Dalam surat tersebut Umar ra menulis:
“Amma
ba’du…, sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan
menjaganya. Barangsiapa yang bertawakkal kepada-Nya, maka Allah akan
mencukupinya. Barangsiapa yang bersyukur pada-Nya, maka Allah akan menambah apa
yang telah diberikan-Nya. Dan barangsiapa yang meminjamkan kepada-Nya, maka
Allah akan membalasnya.
Jadikanlah
ketakwaan itu pelita hatimu dan penerang pandanganmu. Sesungguhnya tidak ada
amalan bagi yang tidak punya niat, dan tidak ada kebaikan bagi yang tidak punya
takut, serta tidak ada yang baru jika tidak diciptakan.”
Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Al-Aqdul Farid, III/114.
Melalui surat yang ditulisnya untuk Abdullah bin Umar ra, Umar bin
Khaththab ra menjelaskan bahwa tawakkal kepada Allah merupakan sikap yang
membuat Allah berkenan untuk mencukupi segala kubutuhan orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Tawakkal
sesungguhnya merupakan sikap batin, yang makna hakikinya adalah menyerahkan
segalanya kepada keputusan Allah setelah usaha secara lahiriah dilaksanakan
secara maksimal.
Tawakkal
bukanlah sikap pasif yang menunggu datangnya keputusan Tuhan tanpa melakukan
usaha sedikit pun. Bila Anda ingin mencapai sesuatu, maka berusahalah dengan
mempergunakan seluruh potensi yang dianugerahkan-Nya pada Anda untuk
menggapainya. Setelah itu bertawakkal pada-Nya dan tatalah batin Anda agar bisa
ridha terhadap keuputusan-Nya.
Umar ra juga menjelaskan pada kita bahwa bersyukur merupakan sikap yang
sangat disukai Tuhan, sehingga Dia akan berkenan untuk menambah pemberian-Nya
pada kita bila kita mensyukuri setiap nikmat yang dilimpahkan-Nya pada kita. Syukur
sesungguhnya merupakan ungkapan terima kasih kepada Tuhan karena Dia telah
bersikap sangat baik pada kita. Allah sendiri telah menjanjikan kepada manusia
tambahan kenikmatan bagi siapa saja yang bersyukur kepada-Nya.
Kalau Anda
ingin amal kebaikan yang Anda lakukan mendapat balasan dari Allah, maka
niatkanlah setiap amal tersebut untuk-Nya. Amalan yang tidak diniatkan untuk
mencari keridhaan Allah sama sekali tidak bernilai. Itulah sebabnya Umar bin
Khaththab ra mengatakan bahwa tidak ada amalan bagi yang tidak punya niat.
Maknanya adalah setiap amalan itu nilainya sangat ditentukan oleh niat yang
menyertainya. Bernilai atau tidak sebuah amalan yang dilakukan oleh seorang
anak manusia, yang paling berhak menentukannya adalah Allah Ta’ala. Secara
sederhana bisa dikatakan, kalau kita ingin amalan yang kita lakukan dipandang
Allah sebagai sesuatu yang bernilai, maka niatkanlah amalan itu untuk menggapai
ridha-Nya.
Lewat surat
tersebut, Umar ra pun memberikan nasihat agar kita menyimpan rasa takut kepada
Allah. Adakah mungkin seseorang yang sama sekali tidak terselip di hatinya
perasaan takut kepada Allah akan melakukan sebuah kebaikan? Rasanya tidak
mungkin. Perhatikanlah seseorang yang di kampungnya, misalnya, dipandang
sebagai seorang jagoan. Tak seorang pun di kampung itu yang ia takuti. Kalau
sudah merasa seperti itu kemungkinan besar perilaku yang ditunjukkannya adalah
bertindak semena-mena terhadap orang banyak. Bila terhadap manusia saja ia
tidak takut, sikapnya sudah demikian zalim; lalu, bagaimana jika di dalam
dirinya tidak ada rasa takut kepada Allah? Tentunya ia akan melakukan apa pun
yang dikehendaki nafsunya tanpa sedikit pun memperdulikan hak-hak orang lain.
Nah, di sinilah letak pentingnya rasa takut kepada Allah, karena ia akan
mendorong Anda untuk selalu berbuat kebaikan demi kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar