Kamis, 26 April 2018

Surat untuk Abdullah bin Umar bin Khaththab ra


   
Diberitakan bahwa Umar bin Khaththab ra pernah menulis surat kepada putra terkasihnya, Abdullah bin Umar bin Khaththab ra, saat ia tidak sedang berada di sisinya. Dalam surat tersebut Umar ra menulis:

“Amma ba’du…, sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menjaganya. Barangsiapa yang bertawakkal kepada-Nya, maka Allah akan mencukupinya. Barangsiapa yang bersyukur pada-Nya, maka Allah akan menambah apa yang telah diberikan-Nya. Dan barangsiapa yang meminjamkan kepada-Nya, maka Allah akan membalasnya.

Jadikanlah ketakwaan itu pelita hatimu dan penerang pandanganmu. Sesungguhnya tidak ada amalan bagi yang tidak punya niat, dan tidak ada kebaikan bagi yang tidak punya takut, serta tidak ada yang baru jika tidak diciptakan.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Al-Aqdul Farid, III/114.

Melalui surat yang ditulisnya untuk Abdullah bin Umar ra, Umar bin Khaththab ra menjelaskan bahwa tawakkal kepada Allah merupakan sikap yang membuat Allah berkenan untuk mencukupi segala kubutuhan orang yang bertawakkal kepada-Nya. Tawakkal sesungguhnya merupakan sikap batin, yang makna hakikinya adalah menyerahkan segalanya kepada keputusan Allah setelah usaha secara lahiriah dilaksanakan secara maksimal. 

Tawakkal bukanlah sikap pasif yang menunggu datangnya keputusan Tuhan tanpa melakukan usaha sedikit pun. Bila Anda ingin mencapai sesuatu, maka berusahalah dengan mempergunakan seluruh potensi yang dianugerahkan-Nya pada Anda untuk menggapainya. Setelah itu bertawakkal pada-Nya dan tatalah batin Anda agar bisa ridha terhadap keuputusan-Nya.

Umar ra juga menjelaskan pada kita bahwa bersyukur merupakan sikap yang sangat disukai Tuhan, sehingga Dia akan berkenan untuk menambah pemberian-Nya pada kita bila kita mensyukuri setiap nikmat yang dilimpahkan-Nya pada kita. Syukur sesungguhnya merupakan ungkapan terima kasih kepada Tuhan karena Dia telah bersikap sangat baik pada kita. Allah sendiri telah menjanjikan kepada manusia tambahan kenikmatan bagi siapa saja yang bersyukur kepada-Nya. 

Kalau Anda ingin amal kebaikan yang Anda lakukan mendapat balasan dari Allah, maka niatkanlah setiap amal tersebut untuk-Nya. Amalan yang tidak diniatkan untuk mencari keridhaan Allah sama sekali tidak bernilai. Itulah sebabnya Umar bin Khaththab ra mengatakan bahwa tidak ada amalan bagi yang tidak punya niat. Maknanya adalah setiap amalan itu nilainya sangat ditentukan oleh niat yang menyertainya. Bernilai atau tidak sebuah amalan yang dilakukan oleh seorang anak manusia, yang paling berhak menentukannya adalah Allah Ta’ala. Secara sederhana bisa dikatakan, kalau kita ingin amalan yang kita lakukan dipandang Allah sebagai sesuatu yang bernilai, maka niatkanlah amalan itu untuk menggapai ridha-Nya. 

Lewat surat tersebut, Umar ra pun memberikan nasihat agar kita menyimpan rasa takut kepada Allah. Adakah mungkin seseorang yang sama sekali tidak terselip di hatinya perasaan takut kepada Allah akan melakukan sebuah kebaikan? Rasanya tidak mungkin. Perhatikanlah seseorang yang di kampungnya, misalnya, dipandang sebagai seorang jagoan. Tak seorang pun di kampung itu yang ia takuti. Kalau sudah merasa seperti itu kemungkinan besar perilaku yang ditunjukkannya adalah bertindak semena-mena terhadap orang banyak. Bila terhadap manusia saja ia tidak takut, sikapnya sudah demikian zalim; lalu, bagaimana jika di dalam dirinya tidak ada rasa takut kepada Allah? Tentunya ia akan melakukan apa pun yang dikehendaki nafsunya tanpa sedikit pun memperdulikan hak-hak orang lain. Nah, di sinilah letak pentingnya rasa takut kepada Allah, karena ia akan mendorong Anda untuk selalu berbuat kebaikan demi kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar