Satu di
antara sekian banyak doa yang sering diucapkan Sayidina Umar bin Khaththab ra di akhir khutbahnya adalah doa singkat di
bawah ini:
“Ya Allah…, jangan Engkau biarkan aku berada dalam kesengsaraan, dan jangan
Engkau masukkan aku ke dalam ketertipuan, serta jangan Engkau jadikan aku
termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai.”
Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Al-Aqdul Farid, III/184.
Doa singkat
ini mengandung nasihat yang sangat besar bagi kita. Sengsara sebenarnya
merupakan bentuk perasaan yang hadir dalam diri kita. Sengsara tidak selalu
disebabkan oleh kurangnya kepemilikan harta dan terbatasnya ruang gerak yang
bisa dilakukan. Kalau kita perhatikan, ada banyak manusia yang hidup
bergelimang harta dengan kebutuhan yang serba tercukupi tak bisa menikmati kehidupan
ini.
Ketidakmampuan
menikmati hidup merupakan wujud nyata kesengsaraan. Oleh Sayidina Umar ra kita diajarkan memohon kepada Allah agar Dia tidak
membiarkan kita berada dalam kesengsaraan. Dengan kata lain, sesungguhnya kita
meminta pada-Nya agar Dia memasukkan kebahagiaan dalam jiwa kita. Ada banyak
orang yang nampak secara lahiriah serba kekurangan, namun ternyata hatinya
menyimpan kebahagiaan yang sangat luas.
Tertipu
tidak selalu berarti dibodohi orang lain sehingga menyebabkan hilangnya sesuatu
yang kita miliki. Ada kalanya kita tertipu oleh diri sendiri. Misalnya, saat
kita menunaikan shalat, kita menyangka shalat kitalah yang paling khusyu’ dan paling
benar, sementara shalat orang lain kita pandang belum sesuai dengan tuntunan
Nabi Saw; saat kita bersedekah, kita menyangka hanya sedekah kita yang diterima
Allah, sedangkan sedekah orang lain tidak; saat kita melantunkan ayat-ayat
al-Qur’an dengan suara merdu, kita kagumi kemerduan suara kita dan meremehkan
bacaan al-Qur’an yang dilantunkan orang lain; kalau kita menjadi imam di dalam
shalat berjamaah, kita membaca surat-surat yang panjang, agar orang lain
mengenali kita sebagai seorang penghafal al-Qur’an; dan sebagainya. Adanya
banyak hal yang menyebabkan kita berada dalam ketertipuan, dan sebagian besar
dari penyebab itu berasal dari diri kita sendiri. Terhadap keadaan yang
demikian inilah kita memohon agar Allah menghindarkan kita darinya.
Lalai
merupakan sikap yang selalu terkait dengan waktu. Orang-orang yang lalai adalah
orang-orang yang tidak memanfaatkan kehadiran waktu dalam kehidupannya. Waktu
tak mungkin kita hentikan dan kalau sudah berlalu tak mungkin pula bagi kita
untuk mengembalikannya lagi.
Setiap waktu
yang bergulir pada hakikatnya membawa kita semakin dekat kepada saat perpisahan
dengan kehidupan dunia ini. Perhatikanlah diri kita. Bukankah telah terjadi
begitu banyak perubahan padanya tanpa sedikit pun kita sadari. Oleh karena itu,
jangan sia-siakan waktu. Isilah ia dengan segala sesuatu yang menggoreskan
catatan amal kebajikan di sisi Allah; dan itu hanya bisa kita lakukan jika kita
mendapat pertolongan dari Allah Ta’ala. Itulah sebabnya kita memohon pada Allah
agar Dia tidak memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang lalai.
0 komentar:
Posting Komentar