Rabu, 02 Mei 2018

Doa Sayidina Umar


Satu di antara sekian banyak doa yang sering diucapkan Sayidina Umar bin Khaththab ra di akhir khutbahnya adalah doa singkat di bawah ini:

“Ya Allah…, jangan Engkau biarkan aku berada dalam kesengsaraan, dan jangan Engkau masukkan aku ke dalam ketertipuan, serta jangan Engkau jadikan aku termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Al-Aqdul Farid, III/184.

Doa singkat ini mengandung nasihat yang sangat besar bagi kita. Sengsara sebenarnya merupakan bentuk perasaan yang hadir dalam diri kita. Sengsara tidak selalu disebabkan oleh kurangnya kepemilikan harta dan terbatasnya ruang gerak yang bisa dilakukan. Kalau kita perhatikan, ada banyak manusia yang hidup bergelimang harta dengan kebutuhan yang serba tercukupi tak bisa menikmati kehidupan ini. 

Ketidakmampuan menikmati hidup merupakan wujud nyata kesengsaraan. Oleh Sayidina Umar ra kita diajarkan memohon kepada Allah agar Dia tidak membiarkan kita berada dalam kesengsaraan. Dengan kata lain, sesungguhnya kita meminta pada-Nya agar Dia memasukkan kebahagiaan dalam jiwa kita. Ada banyak orang yang nampak secara lahiriah serba kekurangan, namun ternyata hatinya menyimpan kebahagiaan yang sangat luas. 

Tertipu tidak selalu berarti dibodohi orang lain sehingga menyebabkan hilangnya sesuatu yang kita miliki. Ada kalanya kita tertipu oleh diri sendiri. Misalnya, saat kita menunaikan shalat, kita menyangka shalat kitalah yang paling khusyu dan paling benar, sementara shalat orang lain kita pandang belum sesuai dengan tuntunan Nabi Saw; saat kita bersedekah, kita menyangka hanya sedekah kita yang diterima Allah, sedangkan sedekah orang lain tidak; saat kita melantunkan ayat-ayat al-Qur’an dengan suara merdu, kita kagumi kemerduan suara kita dan meremehkan bacaan al-Qur’an yang dilantunkan orang lain; kalau kita menjadi imam di dalam shalat berjamaah, kita membaca surat-surat yang panjang, agar orang lain mengenali kita sebagai seorang penghafal al-Qur’an; dan sebagainya. Adanya banyak hal yang menyebabkan kita berada dalam ketertipuan, dan sebagian besar dari penyebab itu berasal dari diri kita sendiri. Terhadap keadaan yang demikian inilah kita memohon agar Allah menghindarkan kita darinya. 

Lalai merupakan sikap yang selalu terkait dengan waktu. Orang-orang yang lalai adalah orang-orang yang tidak memanfaatkan kehadiran waktu dalam kehidupannya. Waktu tak mungkin kita hentikan dan kalau sudah berlalu tak mungkin pula bagi kita untuk mengembalikannya lagi. 

Setiap waktu yang bergulir pada hakikatnya membawa kita semakin dekat kepada saat perpisahan dengan kehidupan dunia ini. Perhatikanlah diri kita. Bukankah telah terjadi begitu banyak perubahan padanya tanpa sedikit pun kita sadari. Oleh karena itu, jangan sia-siakan waktu. Isilah ia dengan segala sesuatu yang menggoreskan catatan amal kebajikan di sisi Allah; dan itu hanya bisa kita lakukan jika kita mendapat pertolongan dari Allah Ta’ala. Itulah sebabnya kita memohon pada Allah agar Dia tidak memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang lalai.

0 komentar:

Posting Komentar