Rabu, 04 Juli 2018

Malu Kepada Allah


Dalam salah satu ungkapannya, Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:
“Wahai kaum muslimin sekalian, malulah kalian kepada Allah. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya aku bersembunyi di balik bajuku ketika aku buang hajat di tanah lapang karena malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Tahdzibu Hilyatil Auliya’, I/58.

Inilah sikap yang telah hilang dari diri sebagian besar manusia, yakni malu kepada Allah. Malu kepada-Nya adalah realisasi adanya keimanan yang benar seorang hamba terhadap Allah. Perasaan malu kepada Allah tidak mungkin kita capai kecuali jika kita benar-benar mengimaninya. 

Mengapa ada banyak orang yang mengaku beriman kepada Allah, namun tetap melakukan hal-hal yang memalukan, seolah-olah Allah Yang Maha Melihat itu tak menyaksikan apa yang ia lakukan? Ya, itu karena ia hanya mengaku-ngaku saja sebagai orang beriman, padahal sesungguhnya tidaklah demikian keadaannya. 

 
Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu menasihati kita agar memiliki perasaan malu kepada Allah. Malu kepada Allah maknanya adalah malu melakukan segala sesuatu yang tidak disukai oleh-Nya. Tidak mudah bagi kita untuk bisa sampai ke sana. Namun demikian, kita harus bergerak ke arahnya. Ilmu dan iman merupakan syarat mutlak agar kita bisa menghadirkan perasaan malu kepada Allah. Dengan ilmu, kita akan mengetahui hal-hal apa saja yang disukai Allah dan yang dimurkai Allah. Dengan iman, kita memiliki keyakinan yang teguh untuk selalu menyadari bahwa Dia menyaksikan setiap perbuatan yang kita lakukan, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Tak ada sesuatu pun yang terhalang dari pandangan Allah Subhanahu wata’ala.

Ada banyak hal kecil atau kebiasaan yang bisa kita lakukan untuk menyemai tumbuhnya perasaan malu kepada Allah. Salah satunya, seperti yang dikatakan Sayidina Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, saat buang hajat. Bagi kita ini adalah perkara sepele, namun Sayidina Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu memperlihatkan bahwa dalam persoalan sepele itu pun beliau menanamkan dalam dirinya perasaan malu kepada Allah. Saat Anda makan, malulah pada Allah bila Anda tak melakukannya sesuai dengan tuntunan Nabi. Saat Anda berdagang, malulah pada Allah jika praktik dagang yang Anda lakukan bertentangan dengan ketentuan Tuhan. Dan sebagainya. Dari hal-hal kecil itu kita belajar untuk menjadi manusia yang memiliki perasaan malu kepada Allah Ta’ala, sebagaimana yang dipesankan oleh Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

0 komentar:

Posting Komentar